SATU DEKADE SETELAH PERISTIWA 9/11, KEHIDUPAN UMAT ISLAM DI AS KIAN MEMBAIK. JUMLAH PEMELUK ISLAM PUN TERUS BERTAMBAH.
Serangan terhadap menara World Trade Center (WTC) dan Pentagon pada
2001 dikenal dengan Peristiwa 9/11 telah mengubah kehidupan umat Islam
di Amerika Serikat (AS). Peristiwa yang sempat membuat Muslim di negeri
Paman Sam itu hidup dalam ketakutan.
Stereotip dan stigma buruk terhadap Islam menjangkit. Sebagian Muslim
ada yang mengalami diskriminasi dan mendapat perlakukan yang tak adil.
Karena memiliki nama Muslim, seorang sopir taksi diserang hingga koma,
ujar Javid Tariq, komite eksekutif New York Taxi Workers Alliance.
Menurut data Pew Research Center, sebanyak 29 persen umat Islam di AS
harus berhadapan dengan pandangan negatif dari publik terhadap kaum
Muslim. Ada sekitar 20 persen Muslim yang mengaku mengalami
diskriminasi, prasangka, dan mendapat tindakan tak adil, tutur Gregory
Smith, peneliti pada Pew Research Center.
Kaum Muslim di AS telah menjadi korban akibat peristiwa 9/11 itu.
Padahal, ada ratusan Muslim yang juga menjadi korban dalam serangan itu,
ungkap Imam Omar Abu Namous, imam pada Islamic Center di New York.
Di balik musibah, selalu ada berkah. Pascaperistiwa 9/11 itu jumlah
pemeluk Islam justru bertambah pesat. Saat ini jumlah pemeluk Islam
diperkirakan lebih dari delapan juta jiwa, kata Dr Sayyid M Syeed, tokoh
Islamic Society of North America (ISNA), organisasi Muslim terbesar di
negeri adidaya itu.
Rasa ingin tahu publik Amerika yang tinggi terhadap Islam telah membuat
banyak warga negara itu memeluk Islam. Setiap pekan ada puluhan orang
yang mengucapkan dua kalimah syahadat di Islamic Center New York, kata
Imam Omar, ulama kelahiran Palestina.
Tokoh Muslim dan ulama di AS berupaya keras untuk mengubah persepsi
publik terhadap Islam. Peristiwa 9/11 telah menarik saya dari mimbar
kayu mohoni yang terasa hangat di masjid saya, yang hanya berjarak dua
puluh blok ke arah utara dari ground zero di kota New York, tutur Imam
Feisal Ab dul Rauf, imam Masjid al-Farah New York.
Sang imam pun tampil dalam berbagai acara untuk menjelaskan Islam
yang sebenarnya kepada publik AS. Hal serupa dilakukan Imam Yahya Hendi,
cendekiawan Muslim yang berkhidmat sebagai ustaz di Georgetown
University. Ia datang ke gereja, sinagog, kampus, dan berbagai seminar
dan konferensi untuk member informasi yang benar tentang Islam.
Satu dekade setelah Persitiwa 9/11, kehidupan umat Islam di AS kian
membaik. Kebebasan menjalankan ibadah telah dinikmati kaum Muslim. Tak
hanya itu, berdasarkan survei Pew Research Center, saat ini sebanyak 82
persen umat Islam di Amerika merasakan puas hidup di negara berpenduduk
lebih dari 300 juta jiwa itu.
Tak sekadar puas, 72 persen Muslim di AS sudah merasakan kehidupan
yang amat baik. Kini, umat Islam terutama generasi Muda sudah mulai
memiliki kesadaran untuk tak hanya menjadi tamu di AS. Mereka mulai
aktif terjun ke pentas politik dan kehidupan publik.
¡°Sekitar 99 persen, Muslim di AS bergelar doktor, master, dan
sarjana. Sangat terdidik, cetus Imam Yahya Hendi. Umat Islam, kini
berperan dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka telah menjadi bagian
dari Amerika dan turut membangun negeri yang telah berusia 234 tahun
itu. Kini, sudah ada dua Muslim yang menjadi anggota Kongres di AS. Tak
cuma itu, ada pula Muslim yang menduduki jabatan penting di Gedung
Putih.
sumber : http://percikankehidupan.wordpress.com/2011/11/16/wajah-islam-di-amerika-serikat-republika-13-nov-2011/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)